TEH TARIK, VARIAN TEH BARU DARI KEMANGKON
Siang hari yang panas kemarin, tiba-tiba ada seorang yang mencari. Katanya dia mau memperkenalkan produk UMKM baru. Sambil
mengeluarkan isi dari tas kresek yang dibawanya sejak tadi, orang tersebut yang memperkenalkan diri namanya Dodi, mulai
memperkenalkan produknya.
Ini namanya Teh tarik mas. dari namanya saja sudah aneh, batinku. Teh tarik ini terbuat dari gula, teh dan krim yang
direbus, dan ada cincaunya juga. Semua dibuat tanpa bahan pengawet
Monggo mas dicoba teh tariknya, kata Pak Dodi menawarkan teh tariknya. Spontan aku ambil satu gelas teh tarik dan
mencobanya, pas banget pas dinikmati suasana panas gini. Rejekinya anak sholeh nih.he…he….
Ternyata temen-temen kantor juga penasaran dan langsung mengambil satu-satu.Sambil menghabiskan dan merasakan nikmatnya teh
tarik, teman-teman kantor menanyakan sejarah awal mula dibuat teh tarik.
Dari cerita Pak Dodi, ternyata teh tarik baru dibuat 4 bulan lalu di rumahnya di Kemangkon berdasarkan hasil percobaannya
sendiri setelah mendapatkan resepnya dari seorang teman. Setelah dirasa pas, pertama-tama istrinya mencoba menjual teh
tarik di tempat kerjanya, eh….ternyata laris manis, bahkan banyak yang pesan karena merasa cocok dengan rasanya.
Akhirnya semakin hari, teh tarik yang dijual Pak Dodi makin banyak karena makin banyak pula peminatnya. Bahkan sekarang dia
sudah mempunyai 5 sales keliling yang menjualkan teh tariknya di sekolah-sekolah dan perkantoran di Purbalingga.Bahkan teh
tariknya pak Dodi diminati Bu Wakil Bupati Purbalingga, Bu Tiwi. Setiap kali event besar kabupaten yang melibatkan
kecamatan, maka pasti ada Teh Tarik yang ditampilkan kecamatan Kemangkon.
Setelah panjang lebar bercerita mengenai teh tariknya, pak Dodi kemudian bertanya, tapi Teh tarik saya belum ada PIRTnya
mas, apa bisa dibantu untuk mendapatkan PIRT?Kemudian saya jawab, setahu saya minuman berbahan dasar susu atau krim juga
yang tidak tahan lama tidak perlu mengajukan PIRT pak, jadi Pak Dodi teruskan saja jualannya. Kalau bisa di label teh
tariknya Pak Dodi diberi logo Bela Beli ya biar semakin banyak warga Purbalingga yang mau membeli bahkan menjualkan teh
tariknya Pak Dodi.
Setelah bercerita panjang lebar dan menanyakan keperluannya serta memberikan sampel kepada kami, Pak Dodi pun pamit pulang.
Teh tarik yang dijual dengan harga 5000 per gelas ukuran 250 ml ternyata bisa menjadi tumpuan hidupnya selama 4 bulan ini
pulang kampung di Purbalingga. Dari pertemuan dengan Pak Dodi ini, saya mengambil hikmahnya bahwa ternyata inovasi sekecil
apapun diperlukan untuk bisa hidup. Teh yang sudah sangat biasa di kehidupan kita, bisa menjadi suatu produk inovatif yang
menarik dengan inovasi sedikit tentunya ditambah kemasan yang kekinian. (Basuki)
Komentar Terbaru